Mengapa Sakramen Pengurapan Orang Sakit itu Perlu?
Dengan
pengurapan orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada
kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah
melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni. “Dan doa yang lahir dari iman
akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”(bdk Yak 5:15).
Dalam
bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi
perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang
melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan.
Bilamana Sakramen
Pengurapan Orang Sakit Diberikan?
Sakramen
Pengurapan Orang Sakit perlu diterima tiap saat penyakit memuncak menjadi
gawat, yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat mencemaskan.
Siapa yang Menerima
Sakramen Pengurapan Orang sakit?
Penerima
pengurapan ini ialah setiap orang beriman yang karena penyakit atau karena usia
lanjut, berada dalam keadaan yang mengancam keselamatan nyawanya. Pengurapan
dapat diulangi jika keadaan tersebut timbul kembali atau jika timbul satu
kemelut yang lebih berat.
Kepada
orang-orang tua yang sudah sangat lemah dapat diterimakan sakramen ini,
meskipun tidak timbul keadaan sakit yang gawat. Juga anak-anak dapat menerima
pengurapan, jika mereka sudah mencapai tahap penggunaan akal, sehingga mereka
dapat mengalami penguatan dari sakramen pengurapan. Orang-orang sakit yang tak
sadar lagi atau yang kehilangan penggunaan akal sehat, dapat menerima
pengurapan, jika sewaktu dalam keadaan sehat mereka pernah menyatakan
keinginannya untuk menerima sakramen ini.
Bagaimana jika si Sakit
Meninggal Sebelum Imam Datang? Dapatkah
Sakramen Diberikan?
Jika
saat ajal sudah tiba sebelum imam datang, maka baginya diucapkan doa-doa,
sedangkan pengurapan tidak dapat diberikan lagi. Tetapi, jika kematiannya masih
diragukan, maka Sakramen Pengurapan dapat diterimakan sub conditione (= kondisi
khusus).
Siapa yang Melayani
Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
Pelayan
sebenarnya dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanyalah imam.
Mereka
yang menjalankan pelayanan ini adalah para uskup sebagai yang mengemban
wewenang penuh, para imam paroki, para imam yang melayani rumah-rumah sakit dan
rumah-rumah orang lanjut usia, serta pemimpin lembaga-lembaga pendidikan imam.
Imam-imam lain dapat menerimakan Sakramen Pengurapan dengan persetujuan mereka
yang disebut di atas.
Namun
demikian, dalam hal darurat, semua imam dapat memberikan pelayanan Sakramen
Pengurapan Orang Sakit, tetapi hendaknya hal itu dilaporkan kepada imam paroki
atau imam yang bertugas dalam rumah sakit.
Bagaimana Sakramen
Pengurapan Orang Sakit Dirayakan?
Perayaan
Sakramen Pengurapan Orang Sakit terdiri atas dua bagian, yaitu: Liturgi Sabda
dan perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya. Pada puncak perayaan, imam mengurapi
si sakit dengan minyak suci pada dahi dan tangan sambil mengucapkan
rumusan-rumusan tertentu. Dengan demikian jelas nampak karya Tuhan dalam
sakramen ini, kurnia Roh Kudus dimohonkan bagi si sakit dan janji keselamatan
diucapkan baginya, agar dalam ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit diluputkan
serta dikuatkan, dan bila perlu, juga diampuni dosa-dosanya.
Untuk
pengurapan sakramental digunakan minyak zaitun atau minyak lain dari
tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari
Kamis Putih. Dalam keadaan darurat, setiap imam dapat memberkati minyak untuk
pengurapan ini.
Jika
dianggap perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan
Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Buah-buah rahmat apa saja
yang diperoleh dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
persatuan orang sakit dengan sengsara
Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja;
penghiburan, perdamaian dan keberanian
untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau
oleh usia lanjut;
pengampunan dosa, apabila orang sakit
tidak dapat menrimanya melalui Sakramen Pengakuan;
penyembuhan, kalau ini berguna bagi
keselamatan jiwa;
persiapan untuk peralihan ke hidup abadi
Sakramen
Pengurapan Orang Sakit
oleh:
Romo William P. Saunders *
Baru-baru ini, ketika saya terbaring di
rumah sakit, seorang wanita datang untuk mendoakan saya, ia juga mengurapi saya
dengan minyak yang diberkati. Menurutnya, ia memperoleh wewenang dari “Seksi
Kesehatan” paroki untuk melakukan pelayanan ini. Ketika imam datang untuk
memberikan Sakramen Pengurapan, saya mengatakan bahwa saya sudah menerimanya
dari seorang wanita. Imam mengatakan bahwa awam tak dapat memberikan
pengurapan, jadi saya pikir saya tidak menerima Sakramen Pengurapan Orang
Sakit. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Falls Church
Sakramen Pengurapan Orang sakit (dulu
dikenal sebagai Sakramen Perminyakan Terakhir) dirayakan hanya oleh imam atau,
tentu saja, uskup. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Hanya imam (uskup
dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang Sakit” (no 1516). Demikian pula
Kitab Hukum Kanonik menegaskan, “Setiap imam, dan hanya imam, dapat melayani
pengurapan orang sakit secara sah” (no 1003).
Alasan mengapa sakramen ini hanya boleh
dilayani oleh imam adalah karena “pengurapan orang sakit” dan buah-buah rahmat khusus
sakramen berkaitan erat dengan Imamat Kristus. Semasa pewartaan-Nya di depan
publik, Yesus menyembuhkan banyak orang - yang buta, yang lumpuh, yang kusta,
yang bisu dan tuli, yang sakit pendarahan dan yang sekarat. Penyembuhan-Nya
menyentuh baik tubuh dan jiwa. Di sebagian besar kisah mukjizat penyembuhan, si
sakit dihantar pada keyakinan iman yang lebih mendalam, dan mereka yang
menyaksikannya tahu bahwa “Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:16).
Namun demikian, penyembuhan-penyembuhan ini, merupakan pratanda akan kemenangan
jaya Kristus atas dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya
Sendiri.
Kristus mempercayakan pelayanan
penyembuhan-Nya kepada para rasul. Ia memberikan perintah kepada para rasul-Nya
dan mengutus mereka dalam suatu tugas perutusan, “Lalu pergilah mereka
memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan
mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (Mrk
6:12-13). Dalam peristiwa Kenaikan-Nya, Yesus menggemakan kembali amanat
ini kepada para rasul dan memaklumkan bahwa “mereka akan meletakkan
tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:18).
Pada hari raya Pentakosta, Roh Kudus
menganugerahkan karunia-karunia besar kepada Gereja, termasuk karunia untuk
menyembuhkan. St Paulus menyatakan, “kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan.
Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat” (I Kor
12:9-10). Rasul St Yakobus menyampaikan suatu pengajaran yang jelas
mengenai Sakramen Pengurapan Orang Sakit, “Kalau ada seorang di antara kamu
yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan
dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari
iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan
jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15).
Pada intinya, Gereja senantiasa memberi perhatian pada perintah Kristus, “Sembuhkanlah
orang sakit” (Mat 10:8). (Konsili Trente mengutip ayat-ayat ini dalam
menyanggah dakwaan para pemimpin Protestan bahwa Kristus tidak pernah
menetapkan sakramen ini dan tidak menyampaikan pelayanan penyembuhan-Nya kepada
para imam.)
Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga
dibatasi hanya boleh dilayani oleh pelayan tertahbis (uskup atau imam), sebab
salah satu dari buah-buah rahmat khusus sakramen ini adalah pengampunan dosa,
apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan (bdk
Katekismus Gereja Katolik, No 1532).
Dengan dasar-dasar seperti disebutkan di
atas, seorang awam yang bertindak sebagai pelayan tak lazim Komuni Suci atau
“pelayan kesehatan” janganlah pernah memberikan kesan bahwa ia melayani
Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah ia mengurapi seorang dengan
minyak, baik yang diberkati ataupun tidak, yang membangkitkan kesan bahwa ia
mengurapi orang tersebut dengan Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum), yang
dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah kita
menyesatkan orang, walau tanpa sengaja, membuatnya menyangka bahwa ia telah
menerima buah-buah rahmat khusus dari sakramen penyembuhan yang amat penting
ini, padahal sesungguhnya tidak. Jiwa orang dapat celaka karena tindakan
simbolik serupa pengurapan, yang tak mendatangkan rahmat apapun. Patutlah kita
berhati-hati untuk tidak pernah melakukan sesuatupun yang dapat
disalahtafsirkan sebagai pelayanan sakramen. Apabila orang yang kita kasihi
sakit parah atau menghadapi ajal, segeralah panggil imam; hanya imam saja yang
dapat melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang mendatangkan buah-buah
rahmat berlimpah bagi penyembuhan baik tubuh maupun jiwa.
Banyak umat merasa ngeri bila mendengar
kata 'sakramen perminyakan'
Bahkan bila anggota keluarganya mau menerima sakramen ini justru mereka yang
merasa cemas dan khawatir. Hal ini disebabkan oleh salah pengertian bahwa
sakramen ini adalah 'sakramen penghabisan' yang diberikan hanya pada mereka
yang menjelang ajal. Sebenarnya bagaimanakah pemahaman yang benar tentang
sakramen ini?
Sakramen perminyakan disebut juga sakramen
pengurapan orang sakit. Penerimanya adalah para penderita sakit serius; bukan
hanya mereka yang menjelang ajal. Termasuk di sini adalah mereka yang sakit
berat, yang akan operasi besar dan orang lanjut usia yang kekuatannya melemah
(KGK 1515).
Sakramen perminyakan berhubungan dengar
penyakit; bukan dengan akhir hidup manusia. Kenapa orang yang sakit (serius)
perlu menerima sakramer perminyakan? Sebab pengalaman sakit menjadi pergumulan
orang beriman. Orang yang sakit dihadapkan pada suatu krisis. Memang dengan
sakit dia bisa mencari dan kembali pada Allah (bertobat), menjadi lebih matang,
melihat apa yang paling penting untuk hidup abadinya.
Tetapi penyakit tak jarang menyebabkan rasa
takut, sikap menutup diri, rasa putus asa bahkan memberontak pada Allah (KGK
1501, Katekismus Gereja Katolik). Dalam situasi krisis seperti itulah orang
beriman perlu didampingi, didoakan, dan dikuatkan lewat sakramen ini.
Tanda Kehadiran Kerajaan Allah Selama
hidupNya, Tuhan Yesus mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Hal itu ditandai
dengar pengusiran roh-roh jahat dan pengampunan dosa (Mark 2:5-12). Dalam
pandangan alkitab penyakil selalu dihubungkan dengan dosa. Karena itu Yesus
juga menyembuhkan banyak orang sakit, bahkan mengikutsertakan para murid untuk
mengolesi orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (Mark 6:7-13).
Penyembuhan orang sakit ditandai dengan penumpangan tangan (Luk 4:40),
pengurapan dengan minyak (lambang penyembuhan), dan kontak jasmaniah (Yoh 9:6).
Apa yang diperbuat Yesus itu kemudian diteruskan oleh Gereja Perdana seperti
yang diberitakan oleh Rasul Yakobus:'Kalau ada seorang di antara kamu yang
sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat supaya mereka mendoakan mereka
serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman
akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia
telah berbuat dosa maka dosanya itu akan diampuni' (Yak 5:14-15).
Sakramen
perminyakan dewasa ini
Dari
teks di atas kemudian Gereja mengajarkan (salah satu sumber iman Katolik kita)
hal-hal sebagai berikut:
• Penerimanya adalah orang sakit
serius; bukan hanya mereka yang menjelang ajal (SC 73, Sacrosanctum Concilium, Konstitusi
tentang Liturgi Suci).
• Penatua jemaat artinya uskup dan
imam. Hanya mereka yang boleh menerimakan sakramen ini sebab dalam sakramen ini
ada unsur pengampunan dosa.
• Minyak yang dipakai ialah Oleum
Infirmorum (OI), yang diberkati Uskup dalam misa Krisma. Dalam keadaan darurat,
imam boleh memberkati sendiri minyak nabati (dari tumbuh-tumbuhan).
• Imam menumpangkan tangan lalu
mengurapi dahi dan kedua telapak tangan si sakit dengan minyak Ol, sambil
berdoa, 'Semoga karena pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong
saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan
membangunkan saudara di dalam rahmatNya.'
• Upacara ini bisa dilakukan di rumah,
di rumah sakit atau di gereja. Bisa juga diterimakan secara bersama-sama dengan
ritus sakramen Tobat - sakramen Perminyakan - sakramen Ekaristi.
• Yang boleh menerima adalah mereka
yang sudah dibaptis secara Katolik dan dapat menggunakan akal budinya. Kalau
tidak sadar, sebelumnya dia pernah memintanya atau diandaikan memintanya bila
dia sadar.
Buah-Buah Sakramen
Perminyakan
Dalam KGK 1520 sakramen ini
menanugerahkan rahmat Roh Kudus sehingga:
• si sakit mendapat kekuatan,
ketenangan, dan kebesaran hati dalam mengatasi kesulitan karena sakitnya.
• si sakit membarui iman dan harapan
kepada Allah dan menguatkannya melawan godaan setan, godaan untuk berkecil hati
dan rasa takut akan kematian.
• Bantuan Tuhan membawa si sakit pada
kesembuhan jiwa tetapi juga menuju kesembuhan badan; kalau itu sesuai dengan
kehendak Allah. (banyak orang mengalami anugerah istimeiva ini)
• Jika ia berbuat dosa maka dosanya
akan diampuni (Yak 5:15)
Nah, kalau rahmatNya sedemikian
melimpah kenapa kita masih
takut menerimanya? Sampaikan juga
informasi ini pada mereka
yang belum mengetahuinya.
Top
of Form
Bottom
of Form
Mengapa Sakramen Pengurapan Orang Sakit itu Perlu?
Salah satu Sakramen dari 7 Sakramen
gereja Katolik adalah Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dengan pengurapan
orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan
Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya.
Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni.
“Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu
dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya
itu akan diampuni”(bdk Yak 5:15).
Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi
perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang
melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan.
Bilamana Sakramen Pengurapan Orang Sakit Diberikan?
Sakramen Pengurapan Orang Sakit perlu diterima tiap saat penyakit
memuncak menjadi gawat, yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat
mencemaskan.
Siapa yang Menerima Sakramen
Pengurapan Orang sakit?
Penerima pengurapan ini ialah setiap orang beriman yang karena penyakit atau
karena usia lanjut, berada dalam keadaan yang mengancam keselamatan nyawanya.
Pengurapan dapat diulangi jika keadaan tersebut timbul kembali atau jika timbul
satu kemelut yang lebih berat.
Kepada
orang-orang tua yang sudah sangat lemah dapat diterimakan sakramen ini,
meskipun tidak timbul keadaan sakit yang gawat. Juga anak-anak dapat menerima
pengurapan, jika mereka sudah mencapai tahap penggunaan akal, sehingga mereka
dapat mengalami penguatan dari sakramen pengurapan. Orang-orang sakit yang tak
sadar lagi atau yang kehilangan penggunaan akal sehat, dapat menerima
pengurapan, jika sewaktu dalam keadaan sehat mereka pernah menyatakan
keinginannya untuk menerima sakramen ini.
Bagaimana jika si Sakit Meninggal
Sebelum Imam Datang? Dapatkah Sakramen Diberikan?
Jika
saat ajal sudah tiba sebelum imam datang, maka baginya diucapkan doa-doa,
sedangkan pengurapan tidak dapat diberikan lagi. Tetapi, jika kematiannya masih
diragukan, maka Sakramen Pengurapan dapat diterimakan sub conditione (= kondisi
khusus).
Siapa
yang Melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
Pelayan sebenarnya dari
Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanyalah imam.
Mereka yang menjalankan pelayanan ini adalah para uskup sebagai yang mengemban
wewenang penuh, para imam paroki, para imam yang melayani rumah-rumah sakit dan
rumah-rumah orang lanjut usia, serta pemimpin lembaga-lembaga pendidikan imam.
Imam-imam lain dapat menerimakan Sakramen Pengurapan dengan persetujuan mereka
yang disebut di atas.
Namun demikian, dalam hal darurat, semua imam dapat memberikan pelayanan
Sakramen Pengurapan Orang Sakit, tetapi hendaknya hal itu dilaporkan kepada
imam paroki atau imam yang bertugas dalam rumah sakit.
Baca
Sakramen Pengurapan Orang Sakit Hanya Iman
Bagaimana Sakramen
Pengurapan Orang Sakit Dirayakan?
Perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit terdiri atas dua bagian, yaitu:
Liturgi Sabda dan perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya. Pada puncak
perayaan, imam mengurapi si sakit dengan minyak suci pada dahi dan tangan
sambil mengucapkan rumusan-rumusan tertentu. Dengan demikian jelas nampak karya
Tuhan dalam sakramen ini, kurnia Roh Kudus dimohonkan bagi si sakit dan janji
keselamatan diucapkan baginya, agar dalam ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit
diluputkan serta dikuatkan, dan bila perlu, juga diampuni dosa-dosanya.
Untuk pengurapan sakramental digunakan minyak zaitun atau minyak lain dari
tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma
pada hari Kamis Putih. Dalam keadaan darurat, setiap imam dapat memberkati
minyak untuk pengurapan ini.
Jika dianggap perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan
Orang Sakit.
Buah-buah rahmat apa saja
yang diperoleh dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
persatuan
orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan
Gereja;
penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara
yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut; pengampunan dosa, apabila
orang sakit tidak dapat menrimanya melalui Sakramen Pengakuan; penyembuhan,
kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa; persiapan untuk peralihan ke hidup
abadi
sumber
: “Upacara Sakramen dan Pemberkatan untuk Pelayanan Pastoral” oleh P. Alex
Beding SVD.
Artikel
Kloter 2000
Salah
satu dari 7 Sakramen
dalam Gereja Katolik adalah Sakramen Pengurapan Orang sakit.
Baru-baru
ini, ketika saya terbaring di rumah sakit, seorang wanita datang untuk
mendoakan saya, ia juga mengurapi saya dengan minyak yang diberkati.
Menurutnya, ia memperoleh wewenang dari “Seksi Kesehatan” paroki untuk
melakukan pelayanan ini.
Ketika
imam datang untuk memberikan Sakramen Pengurapan, saya mengatakan bahwa saya
sudah menerimanya dari seorang wanita. Imam mengatakan bahwa awam tak dapat
memberikan pengurapan, jadi saya pikir saya tidak menerima Sakramen Pengurapan
Orang Sakit. Mohon penjelasan.
~
seorang pembaca di Falls Church
Sakramen
Pengurapan Orang sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Perminyakan Terakhir)
dirayakan hanya oleh imam atau, tentu saja, uskup. Katekismus Gereja Katolik
mengajarkan, “Hanya imam (uskup dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang
Sakit” (no 1516). Demikian pula Kitab Hukum Kanonik menegaskan, “Setiap imam,
dan hanya imam, dapat melayani pengurapan orang sakit secara sah” (no 1003).
Alasan
mengapa sakramen ini hanya boleh dilayani oleh imam adalah karena “pengurapan
orang sakit” dan buah-buah rahmat khusus sakramen berkaitan erat dengan Imamat
Kristus. Semasa pewartaan-Nya di depan publik, Yesus menyembuhkan banyak orang
- yang buta, yang lumpuh, yang kusta, yang bisu dan tuli, yang sakit pendarahan
dan yang sekarat.
Penyembuhan-Nya
menyentuh baik tubuh dan jiwa. Di sebagian besar kisah mukjizat penyembuhan, si
sakit dihantar pada keyakinan iman yang lebih mendalam, dan mereka yang
menyaksikannya tahu bahwa “Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:16). Namun
demikian, penyembuhan-penyembuhan ini, merupakan petanda akan kemenangan
Kristus atas dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Sendiri.
Kristus mempercayakan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para rasul. Ia
memberikan perintah kepada para rasul-Nya dan mengutus mereka dalam suatu tugas
perutusan, “Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat,
dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak
dan menyembuhkan mereka” (Mrk 6:12-13). Dalam peristiwa Kenaikan-Nya, Yesus
menggemakan kembali amanat ini kepada para rasul dan memaklumkan bahwa “mereka
akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk
16:18).
Pada
hari raya Pentakosta, Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia besar
kepada Gereja, termasuk karunia untuk menyembuhkan. St Paulus menyatakan, “kepada
yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan
karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk
mengadakan mujizat” (I Kor 12:9-10). Rasul St Yakobus menyampaikan suatu
pengajaran yang jelas mengenai Sakramen Pengurapan Orang Sakit, “Kalau ada
seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat,
supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Dan
doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan
membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan
diampuni” (Yak 5:14-15). Pada intinya, Gereja senantiasa memberi perhatian pada
perintah Kristus, “Sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8). (Konsili Trente
mengutip ayat-ayat ini dalam menyanggah dakwaan para pemimpin Protestan bahwa
Kristus tidak pernah menetapkan sakramen ini dan tidak menyampaikan pelayanan
penyembuhan-Nya kepada para imam.)
Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga dibatasi hanya boleh dilayani oleh pelayan
tertahbis (uskup atau imam), sebab salah satu dari buah-buah rahmat khusus
sakramen ini adalah pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen
Pengakuan (bdk Katekismus Gereja Katolik, No 1532).
Dengan
dasar-dasar seperti disebutkan di atas, seorang awam yang bertindak sebagai
pelayan tak lazim Komuni Suci atau “pelayan kesehatan” janganlah pernah
memberikan kesan bahwa ia melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah
pernah ia mengurapi seorang dengan minyak, baik yang diberkati ataupun tidak,
yang membangkitkan kesan bahwa ia mengurapi orang tersebut dengan Minyak Orang
Sakit (Oleum Infirmorum), yang dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang
Sakit.
Janganlah
pernah kita menyesatkan orang, walau tanpa sengaja, membuatnya menyangka bahwa
ia telah menerima buah-buah rahmat khusus dari sakramen penyembuhan yang amat
penting ini, padahal sesungguhnya tidak. Jiwa orang dapat celaka karena
tindakan simbolik serupa pengurapan, yang tak mendatangkan rahmat apapun.
Patutlah
kita berhati-hati untuk tidak pernah melakukan sesuatupun yang dapat
disalahtafsirkan sebagai pelayanan sakramen. Apabila orang yang kita kasihi
sakit parah atau menghadapi ajal, segeralah panggil imam; hanya imam saja
yang dapat melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang mendatangkan buah-buah
rahmat berlimpah bagi penyembuhan baik tubuh maupun jiwa.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean
of the Notre Dame Graduate School of Christendom College.
sumber : “Straight Answers: Anointing of the Sick” by Fr. William P. Saunders;
Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All
rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan:
“diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington
Catholic Herald.”