Burung

Burung

Sabtu, 18 Februari 2012

Sakramen Pengurapan Orang Sakit




  Mengapa Sakramen Pengurapan Orang Sakit itu Perlu?

Dengan pengurapan orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya. Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni. “Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”(bdk Yak 5:15).

Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan.

  Bilamana Sakramen Pengurapan Orang Sakit Diberikan?

Sakramen Pengurapan Orang Sakit perlu diterima tiap saat penyakit memuncak menjadi gawat, yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat mencemaskan.

  Siapa yang Menerima Sakramen Pengurapan Orang sakit?

Penerima pengurapan ini ialah setiap orang beriman yang karena penyakit atau karena usia lanjut, berada dalam keadaan yang mengancam keselamatan nyawanya. Pengurapan dapat diulangi jika keadaan tersebut timbul kembali atau jika timbul satu kemelut yang lebih berat.

Kepada orang-orang tua yang sudah sangat lemah dapat diterimakan sakramen ini, meskipun tidak timbul keadaan sakit yang gawat. Juga anak-anak dapat menerima pengurapan, jika mereka sudah mencapai tahap penggunaan akal, sehingga mereka dapat mengalami penguatan dari sakramen pengurapan. Orang-orang sakit yang tak sadar lagi atau yang kehilangan penggunaan akal sehat, dapat menerima pengurapan, jika sewaktu dalam keadaan sehat mereka pernah menyatakan keinginannya untuk menerima sakramen ini.

  Bagaimana jika si Sakit Meninggal Sebelum Imam Datang?     Dapatkah Sakramen Diberikan?

Jika saat ajal sudah tiba sebelum imam datang, maka baginya diucapkan doa-doa, sedangkan pengurapan tidak dapat diberikan lagi. Tetapi, jika kematiannya masih diragukan, maka Sakramen Pengurapan dapat diterimakan sub conditione (= kondisi khusus).

  Siapa yang Melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit?

Pelayan sebenarnya dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanyalah imam.

Mereka yang menjalankan pelayanan ini adalah para uskup sebagai yang mengemban wewenang penuh, para imam paroki, para imam yang melayani rumah-rumah sakit dan rumah-rumah orang lanjut usia, serta pemimpin lembaga-lembaga pendidikan imam. Imam-imam lain dapat menerimakan Sakramen Pengurapan dengan persetujuan mereka yang disebut di atas.

Namun demikian, dalam hal darurat, semua imam dapat memberikan pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, tetapi hendaknya hal itu dilaporkan kepada imam paroki atau imam yang bertugas dalam rumah sakit.

  Bagaimana Sakramen Pengurapan Orang Sakit Dirayakan?

Perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit terdiri atas dua bagian, yaitu: Liturgi Sabda dan perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya. Pada puncak perayaan, imam mengurapi si sakit dengan minyak suci pada dahi dan tangan sambil mengucapkan rumusan-rumusan tertentu. Dengan demikian jelas nampak karya Tuhan dalam sakramen ini, kurnia Roh Kudus dimohonkan bagi si sakit dan janji keselamatan diucapkan baginya, agar dalam ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit diluputkan serta dikuatkan, dan bila perlu, juga diampuni dosa-dosanya.

Untuk pengurapan sakramental digunakan minyak zaitun atau minyak lain dari tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari Kamis Putih. Dalam keadaan darurat, setiap imam dapat memberkati minyak untuk pengurapan ini.

Jika dianggap perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

  Buah-buah rahmat apa saja yang diperoleh dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja;
penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut;
pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menrimanya melalui Sakramen Pengakuan;
penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa;
persiapan untuk peralihan ke hidup abadi
Sakramen Pengurapan Orang Sakit
oleh: Romo William P. Saunders *












Baru-baru ini, ketika saya terbaring di rumah sakit, seorang wanita datang untuk mendoakan saya, ia juga mengurapi saya dengan minyak yang diberkati. Menurutnya, ia memperoleh wewenang dari “Seksi Kesehatan” paroki untuk melakukan pelayanan ini. Ketika imam datang untuk memberikan Sakramen Pengurapan, saya mengatakan bahwa saya sudah menerimanya dari seorang wanita. Imam mengatakan bahwa awam tak dapat memberikan pengurapan, jadi saya pikir saya tidak menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Falls Church

Sakramen Pengurapan Orang sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Perminyakan Terakhir) dirayakan hanya oleh imam atau, tentu saja, uskup. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Hanya imam (uskup dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang Sakit” (no 1516). Demikian pula Kitab Hukum Kanonik menegaskan, “Setiap imam, dan hanya imam, dapat melayani pengurapan orang sakit secara sah” (no 1003).

Alasan mengapa sakramen ini hanya boleh dilayani oleh imam adalah karena “pengurapan orang sakit” dan buah-buah rahmat khusus sakramen berkaitan erat dengan Imamat Kristus. Semasa pewartaan-Nya di depan publik, Yesus menyembuhkan banyak orang - yang buta, yang lumpuh, yang kusta, yang bisu dan tuli, yang sakit pendarahan dan yang sekarat. Penyembuhan-Nya menyentuh baik tubuh dan jiwa. Di sebagian besar kisah mukjizat penyembuhan, si sakit dihantar pada keyakinan iman yang lebih mendalam, dan mereka yang menyaksikannya tahu bahwa “Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:16). Namun demikian, penyembuhan-penyembuhan ini, merupakan pratanda akan kemenangan jaya Kristus atas dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Sendiri.

Kristus mempercayakan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para rasul. Ia memberikan perintah kepada para rasul-Nya dan mengutus mereka dalam suatu tugas perutusan, “Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (Mrk 6:12-13). Dalam peristiwa Kenaikan-Nya, Yesus menggemakan kembali amanat ini kepada para rasul dan memaklumkan bahwa “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:18).

Pada hari raya Pentakosta, Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia besar kepada Gereja, termasuk karunia untuk menyembuhkan. St Paulus menyatakan, “kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat” (I Kor 12:9-10). Rasul St Yakobus menyampaikan suatu pengajaran yang jelas mengenai Sakramen Pengurapan Orang Sakit, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15). Pada intinya, Gereja senantiasa memberi perhatian pada perintah Kristus, “Sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8). (Konsili Trente mengutip ayat-ayat ini dalam menyanggah dakwaan para pemimpin Protestan bahwa Kristus tidak pernah menetapkan sakramen ini dan tidak menyampaikan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para imam.)

Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga dibatasi hanya boleh dilayani oleh pelayan tertahbis (uskup atau imam), sebab salah satu dari buah-buah rahmat khusus sakramen ini adalah pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan (bdk Katekismus Gereja Katolik, No 1532).

Dengan dasar-dasar seperti disebutkan di atas, seorang awam yang bertindak sebagai pelayan tak lazim Komuni Suci atau “pelayan kesehatan” janganlah pernah memberikan kesan bahwa ia melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah ia mengurapi seorang dengan minyak, baik yang diberkati ataupun tidak, yang membangkitkan kesan bahwa ia mengurapi orang tersebut dengan Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum), yang dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah kita menyesatkan orang, walau tanpa sengaja, membuatnya menyangka bahwa ia telah menerima buah-buah rahmat khusus dari sakramen penyembuhan yang amat penting ini, padahal sesungguhnya tidak. Jiwa orang dapat celaka karena tindakan simbolik serupa pengurapan, yang tak mendatangkan rahmat apapun. Patutlah kita berhati-hati untuk tidak pernah melakukan sesuatupun yang dapat disalahtafsirkan sebagai pelayanan sakramen. Apabila orang yang kita kasihi sakit parah atau menghadapi ajal, segeralah panggil imam; hanya imam saja yang dapat melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang mendatangkan buah-buah rahmat berlimpah bagi penyembuhan baik tubuh maupun jiwa.       

Banyak umat merasa ngeri bila mendengar kata 'sakramen perminyakan'
Bahkan bila anggota keluarganya mau menerima sakramen ini justru mereka yang merasa cemas dan khawatir. Hal ini disebabkan oleh salah pengertian bahwa sakramen ini adalah 'sakramen penghabisan' yang diberikan hanya pada mereka yang menjelang ajal. Sebenarnya bagaimanakah pemahaman yang benar tentang sakramen ini?
Sakramen perminyakan disebut juga sakramen pengurapan orang sakit. Penerimanya adalah para penderita sakit serius; bukan hanya mereka yang menjelang ajal. Termasuk di sini adalah mereka yang sakit berat, yang akan operasi besar dan orang lanjut usia yang kekuatannya melemah (KGK 1515).
Sakramen perminyakan berhubungan dengar penyakit; bukan dengan akhir hidup manusia. Kenapa orang yang sakit (serius) perlu menerima sakramer perminyakan? Sebab pengalaman sakit menjadi pergumulan orang beriman. Orang yang sakit dihadapkan pada suatu krisis. Memang dengan sakit dia bisa mencari dan kembali pada Allah (bertobat), menjadi lebih matang, melihat apa yang paling penting untuk hidup abadinya.
Tetapi penyakit tak jarang menyebabkan rasa takut, sikap menutup diri, rasa putus asa bahkan memberontak pada Allah (KGK 1501, Katekismus Gereja Katolik). Dalam situasi krisis seperti itulah orang beriman perlu didampingi, didoakan, dan dikuatkan lewat sakramen ini.
Tanda Kehadiran Kerajaan Allah Selama hidupNya, Tuhan Yesus mewartakan datangnya Kerajaan Allah. Hal itu ditandai dengar pengusiran roh-roh jahat dan pengampunan dosa (Mark 2:5-12). Dalam pandangan alkitab penyakil selalu dihubungkan dengan dosa. Karena itu Yesus juga menyembuhkan banyak orang sakit, bahkan mengikutsertakan para murid untuk mengolesi orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka (Mark 6:7-13). Penyembuhan orang sakit ditandai dengan penumpangan tangan (Luk 4:40), pengurapan dengan minyak (lambang penyembuhan), dan kontak jasmaniah (Yoh 9:6).

Apa yang diperbuat Yesus itu kemudian diteruskan oleh Gereja Perdana seperti yang diberitakan oleh Rasul Yakobus:'Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat supaya mereka mendoakan mereka serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa maka dosanya itu akan diampuni' (Yak 5:14-15).
Sakramen perminyakan dewasa ini

Dari teks di atas kemudian Gereja mengajarkan (salah satu sumber iman Katolik kita) hal-hal sebagai berikut:
• Penerimanya adalah orang sakit serius; bukan hanya mereka yang menjelang ajal (SC 73, Sacrosanctum Concilium, Konstitusi tentang Liturgi Suci).
• Penatua jemaat artinya uskup dan imam. Hanya mereka yang boleh menerimakan sakramen ini sebab dalam sakramen ini ada unsur pengampunan dosa.
• Minyak yang dipakai ialah Oleum Infirmorum (OI), yang diberkati Uskup dalam misa Krisma. Dalam keadaan darurat, imam boleh memberkati sendiri minyak nabati (dari tumbuh-tumbuhan).
• Imam menumpangkan tangan lalu mengurapi dahi dan kedua telapak tangan si sakit dengan minyak Ol, sambil berdoa, 'Semoga karena pengurapan suci ini, Allah yang maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan saudara di dalam rahmatNya.'
• Upacara ini bisa dilakukan di rumah, di rumah sakit atau di gereja. Bisa juga diterimakan secara bersama-sama dengan ritus sakramen Tobat - sakramen Perminyakan - sakramen Ekaristi.
• Yang boleh menerima adalah mereka yang sudah dibaptis secara Katolik dan dapat menggunakan akal budinya. Kalau tidak sadar, sebelumnya dia pernah memintanya atau diandaikan memintanya bila dia sadar.


Buah-Buah Sakramen Perminyakan

Dalam KGK 1520 sakramen ini menanugerahkan rahmat Roh Kudus sehingga:
• si sakit mendapat kekuatan, ketenangan, dan kebesaran hati dalam mengatasi kesulitan karena sakitnya.
• si sakit membarui iman dan harapan kepada Allah dan menguatkannya melawan godaan setan, godaan untuk berkecil hati dan rasa takut akan kematian.
• Bantuan Tuhan membawa si sakit pada kesembuhan jiwa tetapi juga menuju kesembuhan badan; kalau itu sesuai dengan kehendak Allah. (banyak orang mengalami anugerah istimeiva ini)
• Jika ia berbuat dosa maka dosanya akan diampuni (Yak 5:15)

Nah, kalau rahmatNya sedemikian melimpah kenapa kita masih
takut menerimanya? Sampaikan juga informasi ini pada mereka
yang belum mengetahuinya.
Top of Form
Suka · · Bagikan
Bottom of Form

Mengapa Sakramen Pengurapan Orang Sakit itu Perlu?

Salah satu Sakramen dari 7 Sakramen gereja Katolik adalah Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Dengan pengurapan orang sakit, Gereja dalam keseluruhannya menyerahkan si sakit kepada kemurahan Tuhan, agar Ia menguatkan dan meluputkannya.

Jika si sakit telah melakukan dosa, maka dosanya itu diampuni.
“Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni”(bdk Yak 5:15).

Dalam bahaya maut, pengurapan orang sakit menguatkan manusia dalam menghadapi perjuangan terakhir dan menghantarnya kepada persatuan dengan Tuhan, yang melalui kematian telah masuk ke dalam kehidupan.

Bilamana Sakramen Pengurapan Orang Sakit Diberikan?
Sakramen Pengurapan Orang Sakit perlu diterima tiap saat penyakit memuncak menjadi gawat, yang menimbulkan keadaan jasmani manusia sangat mencemaskan.

Siapa yang Menerima Sakramen Pengurapan Orang sakit?

Penerima pengurapan ini ialah setiap orang beriman yang karena penyakit atau karena usia lanjut, berada dalam keadaan yang mengancam keselamatan nyawanya. Pengurapan dapat diulangi jika keadaan tersebut timbul kembali atau jika timbul satu kemelut yang lebih berat.
Kepada orang-orang tua yang sudah sangat lemah dapat diterimakan sakramen ini, meskipun tidak timbul keadaan sakit yang gawat. Juga anak-anak dapat menerima pengurapan, jika mereka sudah mencapai tahap penggunaan akal, sehingga mereka dapat mengalami penguatan dari sakramen pengurapan. Orang-orang sakit yang tak sadar lagi atau yang kehilangan penggunaan akal sehat, dapat menerima pengurapan, jika sewaktu dalam keadaan sehat mereka pernah menyatakan keinginannya untuk menerima sakramen ini.

Bagaimana jika si Sakit Meninggal Sebelum Imam Datang? Dapatkah Sakramen Diberikan?
Jika saat ajal sudah tiba sebelum imam datang, maka baginya diucapkan doa-doa, sedangkan pengurapan tidak dapat diberikan lagi. Tetapi, jika kematiannya masih diragukan, maka Sakramen Pengurapan dapat diterimakan sub conditione (= kondisi khusus).
Siapa yang Melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit?

Pelayan sebenarnya dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit hanyalah imam.

Mereka yang menjalankan pelayanan ini adalah para uskup sebagai yang mengemban wewenang penuh, para imam paroki, para imam yang melayani rumah-rumah sakit dan rumah-rumah orang lanjut usia, serta pemimpin lembaga-lembaga pendidikan imam. Imam-imam lain dapat menerimakan Sakramen Pengurapan dengan persetujuan mereka yang disebut di atas.

Namun demikian, dalam hal darurat, semua imam dapat memberikan pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit, tetapi hendaknya hal itu dilaporkan kepada imam paroki atau imam yang bertugas dalam rumah sakit.
Baca Sakramen Pengurapan Orang Sakit Hanya Iman

Bagaimana Sakramen Pengurapan Orang Sakit Dirayakan?

Perayaan Sakramen Pengurapan Orang Sakit terdiri atas dua bagian, yaitu: Liturgi Sabda dan perayaan Sakramen Pengurapan yang sebenarnya. Pada puncak perayaan, imam mengurapi si sakit dengan minyak suci pada dahi dan tangan sambil mengucapkan rumusan-rumusan tertentu. Dengan demikian jelas nampak karya Tuhan dalam sakramen ini, kurnia Roh Kudus dimohonkan bagi si sakit dan janji keselamatan diucapkan baginya, agar dalam ketakberdayaan jiwa-raganya, si sakit diluputkan serta dikuatkan, dan bila perlu, juga diampuni dosa-dosanya.

Untuk pengurapan sakramental digunakan minyak zaitun atau minyak lain dari tumbuh-tumbuhan yang telah diberkati oleh uskup dalam Misa Krisma pada hari Kamis Putih. Dalam keadaan darurat, setiap imam dapat memberkati minyak untuk pengurapan ini.

Jika dianggap perlu adanya pengakuan dosa, imam dapat melayani Sakramen Pengakuan Dosa kepada si sakit sebelum melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit.

Buah-buah rahmat apa saja yang diperoleh dari Sakramen Pengurapan Orang Sakit?
persatuan orang sakit dengan sengsara Kristus demi keselamatannya sendiri dan keselamatan Gereja;
penghiburan, perdamaian dan keberanian untuk menderita secara Kristen sengsara yang ditimbulkan oleh penyakit atau oleh usia lanjut; pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menrimanya melalui Sakramen Pengakuan; penyembuhan, kalau ini berguna bagi keselamatan jiwa; persiapan untuk peralihan ke hidup abadi
sumber : “Upacara Sakramen dan Pemberkatan untuk Pelayanan Pastoral” oleh P. Alex Beding SVD.
Artikel Kloter 2000


Salah satu dari 7 Sakramen dalam Gereja Katolik adalah Sakramen Pengurapan Orang sakit.
Baru-baru ini, ketika saya terbaring di rumah sakit, seorang wanita datang untuk mendoakan saya, ia juga mengurapi saya dengan minyak yang diberkati. Menurutnya, ia memperoleh wewenang dari “Seksi Kesehatan” paroki untuk melakukan pelayanan ini.
Ketika imam datang untuk memberikan Sakramen Pengurapan, saya mengatakan bahwa saya sudah menerimanya dari seorang wanita. Imam mengatakan bahwa awam tak dapat memberikan pengurapan, jadi saya pikir saya tidak menerima Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Mohon penjelasan.
~ seorang pembaca di Falls Church
Sakramen Pengurapan Orang sakit (dulu dikenal sebagai Sakramen Perminyakan Terakhir) dirayakan hanya oleh imam atau, tentu saja, uskup. Katekismus Gereja Katolik mengajarkan, “Hanya imam (uskup dan presbiter) adalah pemberi Urapan Orang Sakit” (no 1516). Demikian pula Kitab Hukum Kanonik menegaskan, “Setiap imam, dan hanya imam, dapat melayani pengurapan orang sakit secara sah” (no 1003).
Alasan mengapa sakramen ini hanya boleh dilayani oleh imam adalah karena “pengurapan orang sakit” dan buah-buah rahmat khusus sakramen berkaitan erat dengan Imamat Kristus. Semasa pewartaan-Nya di depan publik, Yesus menyembuhkan banyak orang - yang buta, yang lumpuh, yang kusta, yang bisu dan tuli, yang sakit pendarahan dan yang sekarat.
Penyembuhan-Nya menyentuh baik tubuh dan jiwa. Di sebagian besar kisah mukjizat penyembuhan, si sakit dihantar pada keyakinan iman yang lebih mendalam, dan mereka yang menyaksikannya tahu bahwa “Allah telah melawat umat-Nya” (Luk 7:16). Namun demikian, penyembuhan-penyembuhan ini, merupakan petanda akan kemenangan Kristus atas dosa dan maut melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Sendiri.

Kristus mempercayakan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para rasul. Ia memberikan perintah kepada para rasul-Nya dan mengutus mereka dalam suatu tugas perutusan, “Lalu pergilah mereka memberitakan bahwa orang harus bertobat, dan mereka mengusir banyak setan, dan mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka” (Mrk 6:12-13). Dalam peristiwa Kenaikan-Nya, Yesus menggemakan kembali amanat ini kepada para rasul dan memaklumkan bahwa “mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Mrk 16:18).
Pada hari raya Pentakosta, Roh Kudus menganugerahkan karunia-karunia besar kepada Gereja, termasuk karunia untuk menyembuhkan. St Paulus menyatakan, “kepada yang seorang Roh yang sama memberikan iman, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat” (I Kor 12:9-10). Rasul St Yakobus menyampaikan suatu pengajaran yang jelas mengenai Sakramen Pengurapan Orang Sakit, “Kalau ada seorang di antara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.
Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni” (Yak 5:14-15). Pada intinya, Gereja senantiasa memberi perhatian pada perintah Kristus, “Sembuhkanlah orang sakit” (Mat 10:8). (Konsili Trente mengutip ayat-ayat ini dalam menyanggah dakwaan para pemimpin Protestan bahwa Kristus tidak pernah menetapkan sakramen ini dan tidak menyampaikan pelayanan penyembuhan-Nya kepada para imam.)
Sakramen Pengurapan Orang Sakit juga dibatasi hanya boleh dilayani oleh pelayan tertahbis (uskup atau imam), sebab salah satu dari buah-buah rahmat khusus sakramen ini adalah pengampunan dosa, apabila orang sakit tidak dapat menerimanya melalui Sakramen Pengakuan (bdk Katekismus Gereja Katolik, No 1532).
Dengan dasar-dasar seperti disebutkan di atas, seorang awam yang bertindak sebagai pelayan tak lazim Komuni Suci atau “pelayan kesehatan” janganlah pernah memberikan kesan bahwa ia melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Janganlah pernah ia mengurapi seorang dengan minyak, baik yang diberkati ataupun tidak, yang membangkitkan kesan bahwa ia mengurapi orang tersebut dengan Minyak Orang Sakit (Oleum Infirmorum), yang dipergunakan dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Janganlah pernah kita menyesatkan orang, walau tanpa sengaja, membuatnya menyangka bahwa ia telah menerima buah-buah rahmat khusus dari sakramen penyembuhan yang amat penting ini, padahal sesungguhnya tidak. Jiwa orang dapat celaka karena tindakan simbolik serupa pengurapan, yang tak mendatangkan rahmat apapun.
Patutlah kita berhati-hati untuk tidak pernah melakukan sesuatupun yang dapat disalahtafsirkan sebagai pelayanan sakramen. Apabila orang yang kita kasihi sakit parah atau menghadapi ajal, segeralah panggil imam; hanya imam saja yang dapat melayani Sakramen Pengurapan Orang Sakit, yang mendatangkan buah-buah rahmat berlimpah bagi penyembuhan baik tubuh maupun jiwa.    
  
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls and dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College.
sumber : “Straight Answers: Anointing of the Sick” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2002 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”

1 komentar:

Rafael bagas mengatakan...

WOw bagus sekali.. terima kasih atas Infonya